Lomba Cerpen Kemenpora Tahun 2013
Hobi adalah suatu hal yang sering dan suka kita
lakukan, dan sebagian orang berpendapat bahwa hobi didapat dari sekedar mencoba
hal-hal baru, akrabnya “Iseng doang”. Nah, sob, tau nggak nih ? ternyata
sekedar iseng itu bisa menghasilkan sesuatu yang sangat nggak disangka-sangka,
yaitu prestasi. Penulis punya pengalaman tentang “Iseng doang”, You want to
hear ?? come on merapat ^^. Ceritanya gini, Tepat di pertengahan September 2013
penulis lagi baca buku di perpustakaan kota Balikpapan yang berlokasi di Gunung
Pasir. Nah, pas mau pulang nongkrong dulu liatin papan-papan pengumuman dekat
loker perpus. Disana ada brosur tentang lomba menulis cerpen dan karya tulis
ilmiah essay dari Kemenpora (Kementrian Pemuda dan Olahraga) dengan tema Peran
dan Kreativitas Pemuda dalam Mewujudkan Kemandirian Bangsa. Terus, aku langsung nyatat
persyaratan, deadline ngumpul karya, sekaligus alamat untuk ngirim hasil karya.
Tapi ada yang penulis lupakan #oh noooo, ternyata penulis lagi punya tugas
sekolah yang super banyak T_T, jadi mikir-mikir lagi deh ikut atau nggak.
Awalnya bingung, milih lomba karya tulis ilmiah atau cerpen ? setelah
dipertimbangkan berdasarkan tugas-tugas sekolah yang seakan berteriak untuk
segera diselesaikan, jadinya penulis pilih lomba cerpen aja.
Kalau di sekolah penulis lebih sering milih
diam daripada becandaan sama teman-teman yang lain, karena ada Quote yang
bilang gini “Diam bukan berarti nggak peduli, tapi diam adalah menganalisis
keadaan.” Nah, disaat diam itu deh penulis sering mengkhayal kerangka tulisan
yang bakal penulis buat. Beberapa hari kemudian ada tugas-tugas sekolah yang
perlu diprint, so, let’s go to my cousin’s house numpang ngeprint, jarum jam
udah nunjukin jam sembilan malam, karena tugas udah selesai, penulis mulai
ngetik cerpen, syukurnya tahapan alurnya ngalir gitu aja dari otak bak air di
hulu sungai yang deras. Cuma setengah jam lebih, jadi deh cerpennya, terus
penulis print, tempel alamat yang menuju ke Jakarta Barat #jauh ye dari Balikpapan
? haha. Besoknya penulis ngasihkan ke Ibunya penulis untuk di poskan, pas
Beliau liat “Ke jakarta? jauhnya,
untung-untungan aja ini menangnya.” Bener juga sih, kan ini Tingkat Nasional,
jadi seluruh Indonesia berhak ikut, tapi nggak apa deh, menang nggak menang
ikut aja hahaha.
Sebulan kemudian dapat
surat balasan dari Jakarta, mau tau apa isinya ? pemberitahuan bahwa penulis
masuk nominasi urutan 3 dan harus ikut penjurian di Jakarta bersama nominasi
lomba karya tulis juga , huwoowww it’s so rare to believe that.
Jujur, penulis
belum pernah berangkat keluar Kalimantan, wahaha maklum orang asli Borneo. Makanya
senang banget dapat kesempatan kesana, tapi sangat disayangkan penulis lagi
Ulangan Semester 1, jadi nggak bisa deh L padahal kehadiran di final mempengaruhi nilai
penjurian. Akhirnya penulis mengirim permohonan maaf yang sebesar-besarnya
kepada juri beserta presentasi.
MATERI PRESENTASI LOMBA
CERPEN:
·
Mari melihat wajah-wajah muda
Bangsa Indonesia……
Siapakah
mereka ?
Para Remaja
Siapakah
yang disebut para remaja ?
Generasi
Penerus Bangsa
PENULIS
DAN ANDA SEMUA
·
SEBUAH CERPEN
BERJUDUL “BERRYKLING”
·
Menceritakan
seorang anak perempuan yang bercita-cita menjadi seorang seniman. Namun Ia
hanya sekedar belajar tentang seni, sehingga Ibunya tak yakin dengan minat dan
bakatnya kelak akan berhasil. Karena itu Sang Ibu mengaturnya agar
berkecimpungan dalam dunia ekonomi seperti kemauan Ibu dan Ayahnya. Ternyata
Sang Anak sangat tidak setuju dengan keputusannya Ibunya. Ia pun mulai tak ada
semangat sekolah, Ia merasa jauh dari mimpi-mimpi yang dulu telah dia
rencanakan. Namun di sekolah Ia harus bersandiwara menjadi seorang murid yang
baik menunjukkan bahwa Ia benar-benar menyukai pelajaran yang berhubungan
dengan ekonomi, tapi sekali lagi itu PALSU, bukan dari hati. Dalam hati Ia
lebih banyak mengeluh tanpa berusaha menunjukkan siapa Ia dan bakatnya. Ia tak
suka dengan semua mata pelajaran yang ada disekolah, kecuali seni. Sang Kakak
selalu menasehatinya. Suatu hari sang Kakak mulai menunjukkan jalan kesuksesan
seperti Apa yang Ia mau. Segala tentang seni. Tapi tahukah kalian. Apa yang
terjadi setelah Ia dewasa dan sukses? Apa yang Ia tanam dahulu, mestilah Ia
petik …. Seperti kata pepatah, bukan?..
·
Apa yang dapat kita petik dari
sinopsis cerpen tersebut?
·
Sebuah pola pikir yang salah dan
terus menggerogoti otak para remaja
·
Tema
Karya tulis Ilmiah essai dan cerpen kali ini adalah Peran dan Kreativitas
Pemuda dalam Mewujudkan Kemandirian Bangsa. Setiap orang tentu ingin berperan dalam
kemajuan bangsanya. Sebelum kita memikirkan jauh tentang ingin menjadi apa kita
nanti ? Terlebih dahulu kita harus memikirkan BAGAIMANA caranya kita sampai
pada titik kesuksesan. Dan semua dapat kita mulai dari minat dan bakat, terus
tekuni hobi kalian. Karena hobi dapat menentukan siapa kita dimasa depan.
·
KEINGINAN UNTUK SUKSES ITU
PENTING
·
TAPI KEINGINAN MEMPERSIAPKAN
KESUKSESAN ITU JAUH LEBIH PENTING
·
HAL
KECIL YANG DILUPAKAN KITA DI MASA SEKARANG AKAN BERDAMPAK BESAR SUATU SAAT
NANTI.
·
BENARKAH?
·
APA
yang dipetik dari tokoh utama cerpen tersebut ?
·
~sebuah
kemalangan yang tragis.
·
Apakah
kemalangan selalu menghampiri kita saat berada di titik puncak kesuksesan?
·
~Tidak
selalu
·
Bagaimana
“Ia” bisa menghampiri kita?
·
Mari
melihat lagi apa yang dulu kita tanam, mesti kita petik,bukan? Dari yang kita
tanam itulah yang akan menentukan nasib malang / bahagia kita suata saat nanti.
·
Mengapa
“Ia” bisa menghampiri kita?
·
Karena
mungkin di waktu dulu, kita selalu meremehkan hal-hal kecil. Benar bukan?
Tampaknya begitu.
·
Hal
kecil apa yang dulu si tokoh utama remehkan?
·
Hanya
satu pelajaran yang penting dimana itu adalah minat dan bakatnya. Dan Ia merasa
tidak membutuhkan pelajaran lain.
·
Sistem pendidikan di negara kita
yang memiliki banyak mata pelajaran, mau tidak mau mengharuskan kita untuk
mempelajari dan menguasai semuanya. Belum lagi ditambah tugas yang terkadang
kita anggap menyita waktu santai. Harus kah kita terus menyalahkan sistem di
negara kita? Sedangkan negara lain sudah bergegas mempersiapkan kesuksesan.
·
Di waktu dulu tokoh utama pada
cerpen tersebut menganggap hanya pelajaran senibudaya yang penting baginya.
Karena menurutnya hanya hobi itu yang bisa mengantarkannnya pada kesuksesan.
Masalah itu juga sering menggerogoti pemikiran para pemuda di negara kita.
Seringkah kita mendengar kalimat ini :
·
“Aku murid SMA jurusan ips, buat
apa dulu ketika kelas 1 belajar ipa? Sedangkan kalau sudah kerja nggak di tanya
ipa kan?”
·
“Aku murid SMK jurusan Akuntansi
dan Administrasi, kenapa di sekolah kita mesti belajar senibudaya? bukankah
kalau sudah kerja di kantor nggak ada ditanya tentang senibudaya?
·
“Aku murid SMA jurusan IPA,
kenapa penempatan bidang jurusan nggak dimulai dari kelas 1? Kenapa ketika
kelas satu dulu kita harus belajar sejarah, ekonomi, dan geografi.
·
Taukah apa yang terjadi pada
tokoh utama ketika Ia telah sukses? Ia mengalami kebangkrutan akibat manupulasi
pada laporan keuangan tokonya. Mengapa bisa? Karena, ketika dulu saat belajar
ekonomi, Ia tak berusaha untuk memahami apa manfaat dari yang Ia pelajari. Ia
juga sulit bersosialisai dengan baik, karena tak paham arti makhluk sosial yang
sebenarnya. Mengapa Ia bisa mendapat protes dari masyarakat akibat limbah
tokonya? Sekali lagi, sama seperti permasalahan lainnya, Ia tak pernah
menghargai kehadiran pelajaran lain, tak pernah belajar dari hati, dan
menggangap tak mungkin ilmu-ilmu selain senibudaya itu dapat Ia jumpai dan
bermanfaat di masa depan.
·
sama seperti kita bukan? Ketika
mendalami hobi yang kita suka, terkadang kita melupakan hal-hal kecil yang
secara tidak langsung ternyata akan muncul sebagai resiko atau hambatan di masa
kejayaan kita.
·
Lalu apa yang kita bisa kita
lakukan?
·
~Hargai hal-hal kecil tersebut,
menyeimbangkan segala pemikiran kita dan mulai dari sekarang perbaikilah pola
pikir kita. Jika kalian sayang terhadap tanah air ini, mari jadilah
pemuda-pemudi yang sukses dan siap siaga baik pikiran, fisik, dan mental dalam
menghadapi segala resiko dengan terus memperkaya ilmu pengetahuan yang beragam.
·
THANK YOU
Karena nggak bisa ke Jakarta,
Penulis cuma bisa berdo’a aja kalau memang rejeki menang ya pasti nggak kemana
kan?..
Sebulan
kemudian….#terdengar seperti mendongeng ya? ^O^
Pas maghrib, disana jelas masih
jam 5. Apa kabar dari telepon itu?? Huhuyyy,, penulis dapat juara 3. Wahh sulit
dipercaya, Alhamdulillah pokoknya.
Ternyata
memang benar, apa pun yang kita lakukan walaupun sekedar iseng doang, tapi
kalau sungguh-sungguh, dan enjoy aja, banyak manfaatnya, dan kalau lomba nggak
usah dipikirin menang kalahnya. Satu lagi, pesan dari ortu penulis, “Kalau ada
lomba yang kamu bisa lakukan, ikut aja, menang nggak menang ikut aja.”
Comments
Post a Comment