
Dega
berangkat dari Balikpapan dengan Bis Pulau Indah pada Hari Jum’at 23 Juni 2017 jam 06.00
sore. Jika hendak ke Banjar, dari Balikpapan harus melewati kapal feri dahulu
ke penajam paser utara, barulah rute dilanjutkan ke Kalimantan Timur bagian
selatan hingga memasuki daerah Kalimantan Selatan. Karena mengantri di
pelabuhan Kariangau Balikpapan terlalu lama hingga adzan maghrib berkumandang,
jadilah buka puasa di atas kapal. Ada sekitar 3 Bis dan beberapa mobil dan
motor yang dimuat di dalam kapal feri. Kapal menyebrang sekitar hampir satu
jam. Ketika pelabuhan Panajam sudah terlihat dekat, Dega buru-buru turun dan
segera mau masuk ke dalam Bis supaya nggak terjepit sama semua penumpang yang
bakal turun nanti. Sampai di bawah, sekejap diam mematung dan panik. Pertanyaan
yang terlintas pertama adalah bagaimana melewati semua mobil yang jaraknya
super mepet ini, dan yang kedua terlintas setelah ada bapak-bapak nanya :
“Mau ke mana, Neng?”
“Ke bis, Pak.”
“Bis-nya yang mana?”
“Yah saya lupa lagi pak. Kayaknya
yang ujung sana.” Ujar saya
menunjuk Bis deretan kedua dari kanan kapal.
“Cek KT berapa.” KT (Kalimantan Timur) yang dimaksud orang-orang sini
adalah plat kendaraan yang memang disingkat begitu, jadi kalau kalian main ke
sini jangan bingung apa itu kepanjangan KT.
Dan bapak-bapak itu kembali menaiki tangga menuju atas kapal. Dega pun
jalan menyamping di sela-sela mobil dan menempel di Bis demi mengintip plat
nomor Bis, asli sempit banget jalannya, untung aja buka puasa nggak terlalu
banyak makan jadi badan muat jalan menyamping.
Kapal
feri sudah sampai di pelabuhan seberang, Bis pun melanjutkan perjalanannya. Oh
iya, sejauh apapun perjalanan kita, ibadah jangan terlewatkan khususnya yang
beragama Islam, kalian bisa menjamak dan qashar sholat ketika masih di kapal
feri, atau ketika Bis sedang singgah nanti.
Hari
sudah benar-benar gelap, siap-siap untuk
tidur sepanjang perjalanan.
Awalnya
sudah mau tidur, eh nggak tahunya Bis tersebut menyediakan fasilitas TV dan
memutar film warkop DKI yang judulnya Setan
Kredit. Si sopir dan para kenek tahu aja selera humor para penumpang, yang
tadinya ngantuk malah nggak jadi tidur karena nonton film komedi sejuta umat dari
berbagai generasi itu. Seru banget deh!
Namanya
juga mata, pasti memiliki alarm alamiah sendiri untuk membuat rasa kantuk.
Sekitar jam setengah dua belas malam gelak tawa penumpang sudah tidak
terdengar, mereka mulai tertidur, tapi karena Dega termasuk makhluk “Nocturnal
genetis” jadi belum waktunya tidur. Buat yang belum pernah ke Banjar jangan
kaget kalau di perjalanan sekitar tengah malam Rute Bisnya mulai
berkelok-kelok, karena kalian akan melewati daerah Gunung Rambutan, daerah
hutan-hutan dan jalannya naik turun gunung. Rute ini bisa bikin kalian mabuk
puyeng kalau memang si sopir Bis mengendarainya dengan laju dan tidak sabaran,
makanya siapkan antimo jangan lupa! Jalan darat selain memakan waktu 12 jam
lebih tapi juga tenaga. Kaki bakal pegal selama di bis.
Jam
02.00 pagi, Bis singgah di daerah Tanjung Tabalong (sepertinya) karena malam
jadi Dega nggak bisa lihat tulisannya, mau ngecek GPS juga nggak ada sinyal. Di
sana rame banget orang-orang singgah untuk makan. Karena lapar, Dega pun
membeli nasi kuning. Baru ingat kalau sabtu adalah hari puasa terakhir, jadi
sekalian aja sahur. Penting sekali buat teman-teman ingat kalau perjalanan jauh
melalui darat adalah makanlah selagi punya kesempatan makan!
Setelah
selesai makan dan semua penumpang juga sudah balik masuk ke dalam Bis,
perjalanan pun dilanjutkan. Dega kurang hapal jalur-jalur yang ditempuh Bis
dari Balikpapan ke Banjar, yang pasti sayup-sayup pas tidur subuh ada yang
nyebut Brabai, Amuntai, Kandangan.
Akhirnya,
jam 06.30 sudah memasuki kota Martapura. Selamat pagi Bumi Lambung Mangkurat!
Siap-siap Bahasa Banjar. Penting banget buat kita semua kalau ngetrip ke kota
orang alangkah baiknya bisa berbahasa daerah mereka, karena selain bisa
basa-basi kalau belanja juga bisa dapat harga murah loh! tapi namanya pendatang
logatnya memang nggak bisa dibohongi seperti Dega, suku sih Asli Kalimantan
yakni campuran Banjar, Tidung, Dayak Kenyah tapi karena besar di Kota
Balikpapan dimana notabene-nya tempat pendatang semua sehingga hilang logat urang Banjar. Tapi tenang, kosakata
Bahasa Banjar masih ingat kok hihi.
Balik
ke Kota Intan, julukkan untuk Kota Martapura. Wehew! pagi-pagi sudah disambut sinar matahari yang cantik banget
menyelinap di antara kubah-kubah Masjid Al-Karomah, katanya ini masjid terbesar
di Kalsel. Untuk sementara lewat aja, besok tepatnya hari Minggu, hari H
lebaran baru deh kesini.
08.45
pagi, Welcome to Banjarmasin!
Sebenarnya Bis bisa aja berhenti di Banjarbaru, cuma
karena nggak tahu jalan, dan cari aman, jadilah berhenti di terminal
Banjarmasin.
Dimana pun kita berada, selalu perhatikan barang
bawaan! Yup, Si Sopir Bis mengingatkan untuk berhati-hati ketika turun dari
Bis. Dega pun memegang erat barang-barang yang dibawa. Biasanya ketika sampai,
begitu banyak tukang ojek, angkot, calo tiket menyerbu kita dengan banyak
pertanyaan “handak kemana ikam?” (ingin
kemana kamu?) bahkan ada yang sampai narik-narik mengangkat tas-tas kita.
Berhati-hati! Pastikan ada keluarga yang jemput di terminal, kalau misalkan
nggak ada jangan bingung ke mana kita mencari transportasi selanjutnya. Kalau
kalian mau balik dalam waktu dekat dan masih suasana mudik, alangkah baiknya
beli tiket pulang deh. Kalian cari aja counter
resminya Pulau Indah, paling ujung sebelah kanan atau deretan tempat pembelian
tiket pertama dari gerbang masuk terminal, papan reklamenya warna putih. Kalau
ditanya-tanya sama paman (panggilan om / pak le tukang ojek, tukang angkot,
penjual pentol dll) mau kemana, bilang aja sudah ada keluarga yang jemput, dan
segeralah melipir ke tempat pembelian tiket yang Dega bilang tadi, yang jual si
Julak (suami istri, Pak Haji dan Bu Hajjah). Jangan lupa ya, kalau di sana
manggilnya jangan Mba, Bu, Pak, tapi Julak (untuk Bapak atau Ibu yang sekiranya
lebih tua dari ortu kita), Acil (Tante), Paman (untuk Bapak yang sekiranya
lebih muda dari Bapak kita), lebih bagus lagi bisa berbahasa dengan logat
Banjar.
Akhirnya Dega dapat Taxi, karena kalau mau naik angkot
yang nggak paham rutenya. Kalau Travelling
sendirian sih nggak masalah sambung-menyambung naik angkot, karena bawa
ortu jadinya kasihan kalau harus naik angkot. Dari Banjarmasin ke Banjarbaru
memakan waktu satu jam, lama juga, dan biayanya Rp 150.000. Sepanjang jalan
sopir taxinya bepander tarus (mengobrol
terus).
“Kenapa
dinamai Banjarmasin Paman-ai?” (ai : tidak memiliki arti hanya penambahan
kata)
“Sejarahnya
pang, dulu masih jaman kerajaan itu namanya Banjar aja, kada ada masinnya. Cuma
ujarnya urang Banjar itu berani melawan musuh, melawan penjajah, Urang Banjar
nih masin banarlah, jadilah sampai sekarang melekat kata Banjarmasin. Kalau
Banjarbaru itu kota hanyar dibangun, masih belum padat penduduknya.” Ujar Si Sopir Taxi bercerita panjang lebar.
Sesampai di penginapan langsung
istirahat, kebetulan hujan juga Hari Sabtu itu, dan ternyata di Banjarbaru
susah angkot! Ada angkot warna ijo tua tapi jarang.
“Disini
nunggu angkot macam nunggu jodoh,” kata seorang Mbak penjual nasi goreng.
Buset dah si Mbak baper! Dan baru tahu juga ternyata kota Banjarbaru sepi
banget atau memang kebetulan cuma daerah yang tempat Dega stay memang sepi.
Minggu, 25 Juni 2017, Selamat hari
lebaran, minal aidin wal faidzin.
Seketika bingung nyari masjid
terdekat dimana, mau nanya warga sekitar tapi kok nggak ada yang lewat jalan
kaki, rumah-rumah, warung juga pada tutup. Tanpa pikir panjang ngecek HP buka
google map, gileeee nggak ada masjid terdekat. Ketika dengar suara takbir,
langsung bertanya ke pihak hotel masjid terdekat dimana, mereka bilang keluar
dari hotel lalu berjalan ke arah kiri. Malu
bertanya sesat di jalan, nanya nggak jelas juga bikin sesat. Pertajam insting!
Jalan kaki terus mengikuti suara takbir berkumandang dan memperhatikan
motor-motor berlalu lalang yang sepertinya juga mau sholat Ied. Setelah jalan 1
km jauhnya kok nggak sampai-sampai ya, jalan lagi, pas mendongak ke atas liat
papan petunjuk jalan, kalau lurus ke arah Martapura, mulai panik karena ini sudah mau jam setengah
7. Akhirnya setelah sampai di pertigaan lampu merah, ketemu sebuah masjid.
Setelah
sholat Ied, penjelajahan dimulai! Karena angkutan umum susah, jadinya ngetrip
naik mobil keluarga. Yuk, kita telusuri tempat sejarah hingga kekinian di
Kalsel
1. Hutan Pinus Mentaos
1. Hutan Pinus Mentaos
Sejak beberapa bulan lalu, sudah searching tempat-tempat wisata keren di Banjarbaru, salah satunya
tempat kekinian yang pas banget buat kita Si Hunter of Photography yakni Hutan Pinus Mentaos, yang terletak di
Jl. Suriansyah Ujung Loktabat Utara, Banjarbaru.
Kece banget deh bisa foto di hutan ini! Feel excited! Lumayan bagusin feed instagram wkwk. Yang bikin beda
dari hutan pinus daerah lain yaitu karena adanya payung berwarna-warni, lurus
dari gerbang masuk warna payungnya senada ungu, biru, pink, putih, sedangkan di
sisi kanan dan kiri hutan berwarna oranye dan merah, pas banget dilalui sinar
matahari. Hutan ini ramai dikunjungi sejak Festival Pinus Merkusii yang
diadakan Disporabupdar Banjarbaru.
2. Makan di Taman Cahaya Bumi Selamat
Lebaran
on the road, makannya di Taman Van
Der Pijl & Cahaya Bumi Selamat, bawa rantang pula wkwk. Taman di tengah
kota yang sama seperti taman lainnya di kota-kota lain, penampakkan aslinya ada
yang berubah sedikit dari gambar-gambar yang tersebar di Mbah Google. Sebenarnya
taman ini eye catching namun kurang
perawatan sama seperti Taman Bekapai di Kota Balikpapan L ayo dong pemerintah renovasi lagi tamannya! Dan buat
para pengunjung, tangannya jangan usil merusak fasilitas umum.
3. Masjid Agung Al- Karomah
Dari
pertama kali menginjakan kaki di Martapura, memang suka banget lihat arsitektur
Masjid ini. Ketika baru sampai di halaman terasnya, Dega melewati batas suci!
Saking excitednya sampai papan dengan tulisan “lepas sepatu, batas suci” aja
nggak lihat. Waktu mau sholat, Dega hampir salah masuk! Awalnya sudah kelilingi
masjid kok nggak nemu-nemu pintu masuk untuk perempuan ya, ternyata bangunan
untuk kaum hawa yang mau sholat terpisah! Untung saja bertanya sama julak-julak
yang di sana. Memang kok the power of
tanya-tanya itu penting banget kemana pun kita pergi, biar gak salah dan
tersesat. Karena berkunjung ke sini siang hari dan kebetulan such a bright day sungguh, panas sekali!
Untunglah di luar pagar sekitar masjid banyak orang jualan, ada ice cream pula, lengkap sudah piknik
hari itu. Dilansir dari berbagai sumber, katanya masjid ini sebuah
perpaduan budaya Islam dan Hindu yang begitu kuat. Dibangun pada 1280 Hijriyah
atau 1863 masehi. Merupakan masjid terbesar di Kalsel terletak di Jl. Ahmad
Yani, jalan nasional atau jalan utama dari Kalsel ke Kaltim. Martapura tercatat
menjadi saksi 12 sultan yang memerintah. Dulu berfungsi sebagai tempat
peribadatan, dakwah islamiyah, integrasi umat islam, dan markas saat penjajahan
Belanda. Dulunya masjid ini bernama Masjid Jami’ Martapura yang didirikan oleh
panitia pembangunan masjid yaitu HM. Nasir, HM. Taher (Datu Kaya), HM. Apip
(Datu Landak). Kepanitiaan ini didukung oleh Raden Tumenggung Kesuma Yuda dan
Mufti HM Noor. Menurut sejarah, Datu Landak dipercaya untuk mencari kayu ulin
sebagai Sokoguru masjid mencari kayu ulin ke daerah Barito, Kalteng. Kalau di
Balikpapan sama Samarinda ini mungkin disebut Masjid Islamic Center.
- 4. Masjid Raya Sabilal Muhtadin
Hal yang paling disuka
saat berkunjung ke Banjar yakni banyak masjid-masjid besar dengan arsitektur
megah nan amazing banget. Tapi
seketika terdiam pas ingat bahwa suatu hari nanti kita akan berada di zaman
dimana banyak masjid-masjid megah dibangun tapi kurang bahkan tidak ada
jamaahnya, hih seram! langsung ingat kiamat, ingat mati. Nama masjid Sabilal Muhtadin ni diambil dari
kotab fikih karangan seorang ulama besar almarhum Syeikh Muhammad Arsyad
Al-Banjary. Almarhum berjasa dalam mengembangkan ajaran Islam di Kerajaan
Banjar. Semasa hidupnya ulama ini tidak saja dikenal di seluruh Nusantara, akan
tetapi dikenal dan dihormati di Malaka, Filipina, Bombai, Mekkah, Madinah,
Istanbul, dan Mesir.
Lagi dan lagi Dega
bingung pintu masuk ke dalam masjid untuk perempuan lewat mana, jadinya harus
mengelilingi masjid yang luas itu. Semua pintu digembok, ternyata pintu yang
dibuka nggak jauh dari akses masuk sebelah kiri masjid yang sebenarnya sudah
Dega lewati tadi. Interior di dalam masjid nggak kalah megahnya, sayangnya Dega
waktu mau sholat nggak bawa HP jadi nggak sempat foto. Masjid ini diresmikan
oleh mantan presiden RI Soeharto pada Senin 9 Februari 1981.
5. Desa Kelampaian / Kalampayan / Pelampaian
Tempat kelima yang
dikunjungi adalah Kelampaian / Kalampayan kalau di Google Maps, tapi yang tertulis di papan jalannya ‘Desa Pelampaian
Ulu’ intinya begitu deh, sama. Desa ini berada di Martapura tepatnya di
kecamatan Astambul. Untung niatan jalan kaki ke sini batal, karena ternyata
jalan masuknya jauh banget, benar-benar jauh. Kalau di Balikpapan mirip akses
masuk daerah kilo. Di tempat ini para pengunjung akan berziarah ke makam para
datuk (dalam Bahasa Banjar) / ulama Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjary tadi dan makam
guru sekumpul. Ada yang unik dari tempat wisata ini, nanti waktu kalian sampai
selain para wisatawan yang bisa ribuan dari seluruh kota di Indonesia, bahkan
dari Malaysia, Brunei juga ada, banyak Julak-julak dan Acil-acil menawarkan
kembang-kembang ziarah yang sudah dianyam cantik. Belilah sesuai kebutuhan
kalian, yang sabar kalau dipaksa harus beli kembang, jangan marah-marah cukup
bilang “Sudah Cil ai, sudah cukup ini hehe” terus kalau ada yang tabur bunga ke
kalian jangan diambil ya wkwk kata Acil saya nanti kalian disuruh bayar, kalau
ke Banjar memang harus siap budget ya
Traveller hehe. Kalau sudah memasuki
gerbang, panjatkan doa yang ingin kalian pinta kepada datuk Kalampayan, oke
Dega lurusin ya maksud dari kalimat orang-orang di sini, jadi sebenarnya kita
buka meminta doa kepada para Datuk / Wali / Ulama yang sudah beristirahat tenang
di sini, tapi cara berdoanya tetap kepada Tuhan kita yang Esa yaitu Allah SWT,
yang dikatakan orang-orang doanya akan dikabulkan itu karena berdoa melalui
pada Datuk / Wali di sini. Nanti kalian akan melewati rumah warga di samping
kanan kirinya ada padi, nah setelah sampai ke makam yang dituju kalian harus
membayar uang infaq, disana banyak paman-paman yang menyambut kalian, nanti
kalian dipandu cara berdoa di makam, makamnya terletak di dalam bangunan,
mungkin tujuannya supaya terawat. Banjar memang identik dengan kain kuning,
jadi di pagar makam terentang kain kuning. Penting untuk diingat! Terserah
kalian percaya atau tidak dengan berdoa kepada makam, semua kembali lagi ke
niat kita, kita tidak menyembah yang lain selain Allah, di sini kita hanya memanjatkan
doa melalui para Datuk, tapi memang dari
cara memandu para paman tadi yang menyuruh tangan kita menyentuh pagar makam
saat berdoa sekaan kita meyembah makam, tradisi ini mirip ziarah ke makam sapi
keramat di Tarakan, dimana pun kalian berada hormatilah tradisi setempat,
jangan ngomong sembarangan, turuti saja apa kata orang-orang setempat intinya
niat dalam hati kita bersih ya guys. Btw ini kebetulan atau nggak, Dega memang
kurang percaya soal begituan, tapi mulut keceplosan ngedumel nggak jelas,
akhirnya pulang dari sana gatal-gatal L mohon jangan ditiru! Jaga mulut!. Intinya
tempat-tempat wisata di Kalimantan Selatan ini kental banget sama unsur Islam,
suka deh!
1. 6. Patung Bekantan
Tahu hewan bekantan kan?
Maskotnya urang Banjarmasin. Nah ada ikon baru nih di tengah kota, Patung
Bekantan! Patung senilai Rp 2,6 miliar ini dibuat oleh Pemerintahan Banjarmasin
dan terletak di siring tepi Sungai Martapura di Jalan Kapten Pierre Tendean.
Tinggi patung sepertinya lebih dari 6 m. Bagi kamu si penggila foto dan lagi ke
Banjarmasin, wajib foto di sini! Patung dengan tanan kanan menggaruk kepala dan
tangan kiri memegang buah rambai ini diharapkan mampu menarik lebih wisatawan,
dan ternyata memang terbukti. Mau foto di sini aja kudu ngantri gantian sama
pengunjung lain.
Sekian
mini journal of journey selama di Kalimantan Selatan, berharapnya banget bisa ke
daerah Danau seran, Riam Kanan, tapi apalah daya begitu jauh wkwk. Next trip
semoga bisa explore Kalsel lagi, bahkan ke provinsi Kalimantan Barat yang sama
sekali belum pernah dijelajahi.
Comments
Post a Comment